ABSTRAK : Indonesia yang berada dalam wilayah khatulistiwa mempunyai potensi energi surya sangat besar sepanjang tahunnya. Salah satu solusi yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mengatasi krisis energy didaerah khususnya energi fossil khususnya minyak bumi adalah energi matahari. Ketersediaan energi matahari yang berlimpah diprediksi tidak akan habis hingga akhir jaman nanti. Kebutuhan energi berbasis energi matahari (solar) untuk rumah tangga/memasak dan industri kecil hampir diperlukan oleh setiap rumah tangga dan setiap hari, maupun bisa digunakan untuk kebutuhan memasak pada indsutri kecil. Untuk itu penggunaan kompor energi surya sederhana untuk rumah tangga sangat tepat. Tingkat keberhasilan penggunaan kompor surya sederhana yang dirancang ini sangat tergantung pada besar dan lamanya waktu/intensitas penyinaran matahari memancarkan radiasi termalnya, atau dengan kata lain bergantung pada cuaca. Perancangan prototipe kompor surya sederhana bertujuan untuk mengetahui lebih jauh potensi pemanfaatan energi surya untuk kebutuhan memasak dalam rumah tangga. Rancangan prototipe alat kompor surya yang dibuat 2 jenis, jenis pertama Kompor Surya Sederhana jenis tipe kolektor setengah bulat dan yang kedua adalah jenis telah dilakukan penelitian/pengujian terhadap sebuah kompor energi surya tipe kolektor parabola. Untuk tipe setengah bulat berdiameter 100 cm dan aluminium Galvanis sebagai bahan reflektornya. Pengujian dilakukan dengan memanaskan air sebanyak 3 liter dan goreng telur. Dari hasil pengujian dengan berbagai kondisi radiasi termal matahari disimpulkan bahwa kompor energi surya dapat berfungsi dengan baik jika radiasi termal matahari berkisar antara 500 W/m sampai dengan 900 W/m selama lebih kurang 3,5 jam. Efisiensi maksimum kompor surya didapat sebesar 15-20 %.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) memanfaatkan wajan sebagai cermin cekung untuk mengumpulkan cahaya matahari (2) menghitung efisiensi energi cahaya matahari pada kompor surya yang menggunakan cermin cekung, (3) mengetahui waktu yang digunakan untuk memanaskan liter air sampai pada suhu tertentu dengan memvariasikan diameter cermin cekung dan Kompor surya adalah perangkat masak yang menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi. Kompor surya yang dibuat sebanyak 4 kompor dengan diameter yang berbeda-beda yaitu 26 cm, 36 cm, 38 cm dan 40 cm. Dari hasil penelitian, diperoleh suhu maksimum sebesar 60 0C, efisiensi maksimum kompor surya adalah 9 % dan efisiensi minimum kompor surya adalah 6%. Besarnya efisiensi energi cahaya matahari pada kompor surya yang menggunakan cermin cekung dengan diameter yang bervariasi juga berbeda tidak tergantung dengan besar kecilnya diameter kompor.
Kompor Mata Hari Pdf Download
1 PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA Ereika Ari Agassi, Retno Wulan Damayanti* ), Sukmaji Indro Cahyono Laboratorium Sistem Kualitas, Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A, Kentingan, Surakarta 57126, Indonesia Abstrak Proses pengeringan rimpang jahe yang dilakukan petani Biofarmaka Karanganyar untuk memproduksi simplisia, selama ini menggunakan sumber panas sinar matahari. Sinar matahari merupakan sumber energi yang terdapat bebas di alam namun tidak dapat dikontrol. Proses produksi simplisia terhambat apabila tidak terdapat panas matahari yaitu apabila cuaca mendung atau hujan. Hambatan proses produksi simplisia menjadi faktor yang penting mengingat daya tahan jahe segar yang rendah. Untuk itu, diperlukan adanya alternatif sumber energi panas yang murah dan dapat dikontrol untuk memproduksi simplisia jika sumber energi panas matahari tidak dapat digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun konsep perancangan alat pengering simplisia jahe menggunakan sumber panas sinar matahari dengan backup panas kompor biomassa. Tahapan perancangan terdiri dari identifikasi kebutuhan pengguna, penyusunan spesifikasi produk, pengembangan konsep produk, dan pemilihan konsep produk. Penelitian ini menghasilkan 36 konsep produk untuk alat pengering simplisia jahe menggunakan sumber panas sinar matahari. Kata kunci : alat pengering; simplisia; energi matahari; kompor biomassa Abstract The ginger drying process used by Biofarmaka farmers of Karanganyar to produce simplisia, used heat source from solar energy of the sunlight. Sunlight is a free source of energy that can be obtained in the universe but can not be controlled. Production of simplisia can be stopped or obstructed if there is no sunlight that gives solar energy for the drying process (cloudy or rainy). This obstacle of production process of simplisia becomes an important matter considering the low durability of fresh ingredients (ginger). This requires the presence of an additional source of heat energy which is cheap and can be controlled to produce simplisia if the heat source from solar energy of the sunlight can not be used. This study aims to construct concept of design solar dryer with a biomass stove for heat backup to produce ginger simplisia. The step of design are identification of user requirements, construction of product specifications, product concept development, and product concept selection. This study resulted in 36 product concept of the ginger solar dryer. Keywords : dryer; simplisia; solar energy; biomass stove Pendahuluan Simplisia menurut Herawati (2012) merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan baku obat tradisional yang belum mengalami pengolahan kecuali proses pengeringan. Simplisia jahe berarti jahe segar yang telah dikeringkan yang siap diolah menjadi obat tradisional. Pengolahan bahan baku alami (jahe segar) menjadi simplisia dilakukan dengan serangkaian proses meliputi proses penyortiran pertama, pencucian, *) Penulis Korespondensi. rwd@ft.uns.ac.id perajangan (pemotongan), pengeringan, penyortiran kedua, pengemasan (packaging), dan penyimpanan (Sembiring, 2011). Proses pengeringan merupakan proses inti dari proses pembuatan simplisia karena simplisia merupakan bahan alami yang dikeringkan. Dalam proses pengeringan ini, faktor utama yang berpengaruh adalah suhu. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kandungan penting pada rimpang jahe (antara lain : ginger role) mudah hilang, sebaliknya jika suhu terlalu rendah mengakibatkan penguapan kadar air berjalan lambat sehingga proses pengeringan lama, dan berpotensi kurang kering yang berdampak pada mudahnya ditumbuhi jamur atau kapang (Fitriani, 2013). Menurut Fitriani (2013), pada umumnya suhu Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. 3, September
2 pengeringan jahe adalah antara C, dengan suhu paling baik pada 50 0 C untuk mencapai kadar kekeringan sesuai SNI yaitu dengan kadar air pada jahe maksimal 10%. (Badan Standardisasi Nasional, 2005). Selain itu, untuk mengeringkan simplisia jahe, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah tempat pengering jahe harus steril dan tertutup untuk menghindari kotoran dan benda asing tercampur pada simplisia jahe. Petani biofarmaka di Kabupaten Karanganyar saat melakukan proses pengeringan rimpang jahe segar menjadi simplisia dilakukan dengan metode yang konvensional, yaitu dengan pengeringan terbuka di bawah sinar matahari secara langsung (Open Sun Direct Drying). Masalah yang muncul dari metode pengeringan tersebut adalah sumber energi pengeringan yang bergantung cuaca. Proses produksi simplisia terhambat apabila tidak terdapat panas matahari yaitu saat cuaca mendung atau hujan. Hambatan proses produksi simplisia menjadi faktor yang penting mengingat daya tahan bahan segar yang rendah (maksimal 2 bulan). Proses pengeringan yang lama juga disebabkan oleh pengeringan yang dilakukan hanya pada satu sisi saja karena proses pengeringan memanfaatkan panas sinar matahari secara langsung, sehingga harus dibolak-balik. Selain lama, proses pengeringan dilakukan di tempat yang kurang bersih, yaitu di rak-rak bambu atau di halaman dengan dialasi hamparan terpal di luar rumah para petani. Susilo, dkk (2014) telah merancang alat pengering simplisia menggunakan energi matahari (solar dryer). Susilo dkk (2014) menghasilkan solar dryer dengan tipe passive indirect solar dryer, yaitu alat pengering dengan memanfaatkan energi matahari, dengan sistem pemanasan tidak langsung dan memanfaatkan aliran udara alami (natural flow). Alat ini mampu mengeringkan rimpang menjadi simplisia secara lebih cepat dan higenis dibandingkan dengan metode pengeringan petani. Namun, hambatan yang masih dimiliki alat ini adalah berkaitan dengan pemanasan yang hanya bersumber pada matahari. Hal ini menjadi kelemahan alat ini saat musim penghujan tiba, karena intensitas matahari rendah untuk menjadi sumber energi panas pengeringan. Berdasarkan permasalahan tersebut, pada penelitian ini dilakukan penentuan konsep perancangan alat pengering simplisia jahe yang tidak hanya mengandalkan sumber panas sinar matahari, namun ditambahkan backup sumber panas yang berasal dari kompor biomassa. Panas sinar matahari menjadi sumber panas utama pada pengembangan rancangan alat ini, karena ketersediaannya yang melimpah dan bebas di alam. Hal ini didukung lokasi, bahwa Indonesia yang merupakan negara tropis, yang terletak pada daerah katulistiwa sehingga disinari matahari selama 10 hingga 12 jam sehari dengan suhu yang relatif konstan (Widodo, 2009). Rancangan alat pengering ini dilengkapi dengan sistem backup energi panas menggunakan kompor biomassa yang diharapkan dapat menggantikan peran sinar matahari apabila cuaca tidak mendukung (mendung atau hujan) maupun untuk pengeringan di malam hari pada saat tidak terdapat sinar matahari untuk mengatasi hambatan produksi simplisia. Kompor biomassa dipilih menjadi alternatif sumber panas karena biaya operasional yang lebih rendah daripada kompor dengan energi lain (listrik, gas). Petani dapat menggunakan bahan bakar kompor dengan memanfaatkan bahan di sekitar seperti sekam padi dan potongan kayu, atau dapat menggunakan arang. Alat ini diharapkan dapat mengoptimalkan proses pengeringan jahe untuk pembuatan simplisia. Proses pengeringan simplisia lebih cepat dengan mekanisme pengeringan aliran udara yang memungkinkan pengeringan dilakukan pada kedua sisi sekaligus sehingga tidak perlu dibolak-balik, lebih higenis karena dilakukan pada ruang tertutup (kabinet), serta produksi simplisia dapat dilakukan ketika cuaca mendung atau pada malam hari dengan mekanisme pengeringan bersumber panas kompor biomassa sebagai alternatif sumber panas. Metodologi Penelitian Metode digunakan untuk merancang alat pengering simplisia pada penelitian ini mengacu pada tahapan perancangan produk Ulrich (2001). Perancangan produk menurut Ulrich (2001) merupakan tahapan-tahapan atau urutan langkah perusahaan untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan suatu produk. Tahapan perancangan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu : 1. Identifikasi Kebutuhan Pengguna Identifikasi kebutuhan pengguna merupakan langkah awal yang menentukan suatu perancangan produk, karena merupakan dasar dan tujuan dari perancangan dan pengembangan suatu produk. Identifikasi kebutuhan pengguna pada penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara. Wawancara dilakukan pada petani biofarmaka yang mana merupakan calon pengguna dari alat pengering yang dirancang. 2. Penyusunan Spesifikasi Produk Spesifikasi produk ditentukan dari hasil identifikasi kebutuhan pengguna. Spesifikasi produk merupakan translasi kebutuhan pengguna menjadi kebutuhan teknis yang harus dicapai produk. Penentuan spesifikasi produk dilakukan oleh tim perancang alat dengan cara diskusi dan brainstorming berdasarkan kebutuhan pengguna yang teridentifikasi. 3. Pengembangan dan Pemilihan Konsep Produk Pada tahap ini, dilakukan penyusunan alternatifalternatif konsep untuk memenuhi masing-masing kebutuhan teknis yang telah ditetapkan. Penyusunan alternatif konsep dilakukan oleh tim perancang alat dengan cara diskusi, brainstorming, dan studi literatur. Kemudian, dari alternatif-alternatif konsep tersebut dilakukan pemilihan alternatif konsep produk yang terbaik dengan cara penilaian. Penilaian dilakukan oleh tim perancang alat dan petani biofarmaka Karanganyar dengan cara diskusi. Besar skor penilaian yaitu 1 hingga 3 poin. Alternatif konsep yang terpilih merupakan alternatif konsep Jurnal Teknik Industri, Vol. X, No. 3, September 2ff7e9595c
コメント